Ilustrasi komunitas motor
Dalam suasana yang remang-remang
sekitar pukul 8 malam, hari Sabtu, 5 Juli 2014. saya bertemu dengan
kawan saya angk komunitas motor BGMC (black Motor Community) di taman
The Park, Kentingan,Solo yang bernama Andi Dwi Prasetyo.
Dalam pertemuan itu, saya mendapati
sebuah komunitas motor hitam yang beranggotakan 35 motor yang
rata-rata pemiliknya anak sekolah. Namun pada pertemuan itu saya
hanya mendapati 3 orang anggota, yakni kawan saya Andi dan dua orang
lainnya remaja putri yang bernama Cintya dan Desy yang mana keduanya
masih duduk di bangku SMA.
Cintya adalah anggota baru dan belum
direkrut karena belum genap 3 bulan mengikuti komunitas tersebut,
sedangkan kawannya Desy belum tahu apa-apa tentang komunitas tersebut
dan dia hanya ngikut kawannya,
Cintya.
Selama
kurang lebih satu jam, kawan saya Andi banyak bercerita tentang
komunitas motor tersebut. Komunitas tersebut resmi berdiri pada bulan
Mei 2010 silam yang diprakarsai oleh ariando Demang. Tujuan
dibentuknya komunitas itu ialah yakni untuk mencari kawan dan saudara
baru serta mencari konco dolan.
Selama komunitas
ini terbentuk, telah melakukan beberapa event seperti baksos dengan
bekerja sama dengan komunitas lain yakni komunitas Aeng-Aeng (salah
satu komunitas motor di Solo), ikut menyemarakan event-event kota
Solo, serta melakukan touring diberbagai kota di pulau Jawa seperti
Jakarta, Surabaya, Bandung, Ngawi, dan Sragen. Seperti saat ini saya
bertemu, mereka sedang ingin mengadakan touring ke Tawangmangu pukul
12 malam.
BGMC
sendiri telah memiliki beberapa anak cabang, yang terdekat ialah di
Sragen dan Ngawi yang semuanya berpusat di Solo. Hal menarik dari
komunitas motor ini ialah syarat untuk menjadi anggota. Kita sering
melihat di televisi bahwa gank-gank motor
selalu melakukan kekerasan dalam perekrutan anggotanya, berbeda
dengan komunitas ini. Calon anggota hanya disuruh mengikuti setiap
kegiatan selama 3 bulan rutin untuk dilihat kesungguhannya, setelah
itu baru direkrut dan kemudian membayar uang sebesar Rp 50.000 untuk
kaos dan stiker.
Mereka
juga menjalin persahabatan dengan komunitas lain seperti komunitas
motor Aeng-Aeng, komunitas motor Ninja, dan komunitas motor Bison.
Mereka merasa sesama komunitas motor tidak boleh saling bersaing dan
harus saling mensuport karena mereka adalah sudara. Itu terbukti dari
kerjasama mereka dalam membuat event, selain itu juga mereka saling
menolong satu sama lain bila ada salah satu anggota komunitas lain
yang kesusahan.
(a k a/ tribuana)